Cerita romantis negatif tak selalu tentang cinta yang indah. Kadang, di balik senyum dan perhatian, ada kebohongan yang menyakitkan. Kisah ini tentang Agus dan Kanya, sepasang kekasih sejak SMA yang tampak bahagia di luar, namun menyimpan luka yang dalam.
Awal yang Manis Tapi Palsu
Agus jatuh cinta pada Kanya sejak kelas 2 SMA. Kanya dikenal sebagai gadis populer, pintar, dan manis tutur katanya. Sedangkan Agus, anak biasa dari keluarga sederhana, tekun dan tulus mencintai.
Mereka pertama kali berkenalan dalam kegiatan ekstrakurikuler fotografi. Agus yang pendiam terpukau dengan semangat dan kecantikan Kanya.
“Aku nggak tahu kenapa, tapi kamu bikin hariku selalu cerah, Gus,” ucap Kanya suatu sore di kantin sekolah.
Agus tersenyum malu. “Aku juga ngerasa gitu, Ny. Semoga kita bisa bareng terus ya, sampai kuliah, sampai nikah…”
Kanya hanya tertawa kecil dan menggenggam tangan Agus.
Sejak itu, mereka resmi berpacaran. Semua orang iri melihat mereka. Namun, apa yang tidak diketahui Agus, Kanya menjalani hubungan ini hanya demi citra dan perlindungan dari cowok-cowok lain. Ia tak pernah benar-benar mencintai Agus.
Masa SMA yang Penuh Harapan
Selama SMA, Agus adalah sosok yang selalu mendukung Kanya. Ia menjemput Kanya setiap pagi, membantunya belajar saat ujian, bahkan membuatkan scrapbook ulang tahun yang penuh kenangan.
Kanya tampak membalas cinta itu, namun sebenarnya hanya menjaga image. Ia merasa nyaman, tapi bukan cinta. Di belakang Agus, ia kadang menceritakan hubungannya sebagai “hubungan aman” kepada sahabat dekatnya.
“Aku gak yakin, tapi dia baik banget. Jadi sayang aja kalau ninggalin,” katanya suatu malam.
Kuliah dan Pengkhianatan
Waktu berlalu, mereka masuk kuliah di kota yang sama. Agus mengambil jurusan teknik, sedangkan Kanya di fakultas ekonomi. Di awal masa kuliah, hubungan mereka masih terlihat harmonis. Namun, semuanya mulai berubah.
Kanya mulai menjauh. Ia lebih sering hangout dengan teman-teman baru, terutama dengan seorang senior bernama Rico. Sementara Agus tetap setia, sering menunggu Kanya pulang, membawakan makanan saat Kanya sibuk tugas.
“Ny, kamu sibuk banget ya akhir-akhir ini?” tanya Agus suatu malam lewat telepon.
“Iya, maaf ya, aku ada kerja kelompok terus. Kamu ngerti kan?”
Agus mengangguk, meski hatinya mulai meragukan. Ia tak pernah diajak bergabung, tak pernah dikenalkan pada teman-teman Kanya.
Suatu hari, Agus melihat Kanya berjalan berdua dengan Rico di sebuah kafe. Mereka tampak dekat, tertawa dan saling menyentuh. Dunia Agus runtuh.
Konfrontasi dan Luka Hati
“Kanya… kamu sama Rico?” tanya Agus dengan suara bergetar.
Kanya terkejut tapi cepat menyembunyikannya. “Dia cuma temen, Gus. Jangan lebay.”
“Temen? Tapi aku lihat kamu pegangan tangan sama dia.”
Kanya menghela napas. “Gus, kita udah beda dunia sekarang. Kamu terlalu posesif. Aku butuh seseorang yang sefrekuensi.”
Agus terdiam. “Jadi aku ini apa buat kamu selama ini?”
Kanya menunduk. “Dulu aku pikir aku suka kamu. Tapi ternyata, itu cuma rasa nyaman.”
Agus hanya bisa menahan air mata. Ia merasa semua kenangan yang ia perjuangkan runtuh seketika.
Depresi dan Kepergian yang Tragis
Setelah kejadian itu, Agus menarik diri dari kehidupan sosial. Ia menjadi pendiam, nilai kuliahnya menurun drastis, dan ia mulai menghindari teman-temannya.
Beberapa kali, ia mencoba mengirim pesan pada Kanya, tapi tidak pernah dibalas. Kanya telah benar-benar melupakannya, tenggelam dalam hubungan barunya dengan Rico. Ia tidak pernah tahu bahwa Agus sedang berjuang antara hidup dan mati.
Tiga bulan kemudian, kabar duka datang. Agus ditemukan meninggal di kamar kosnya. Ia bunuh diri. Di sebelah tubuhnya, terdapat sebuah surat sederhana:
“Kanya, kamu adalah segalanya bagiku. Tapi aku sadar, aku bukan siapa-siapa buatmu. Aku harap setelah ini kamu bisa bahagia, meski tanpaku. Terima kasih sudah pernah mengisi hari-hariku, walau ternyata semuanya palsu.”
Berita itu mengejutkan semua orang, termasuk Kanya. Saat membaca surat itu, tangisnya pecah. Tapi semuanya sudah terlambat.
Penyesalan Tanpa Akhir
Beberapa minggu setelah pemakaman Agus, Kanya sering terlihat murung. Ia berhenti aktif di media sosial dan memutuskan untuk cuti kuliah sementara.
Ia mulai membaca kembali pesan-pesan lama dari Agus, melihat foto-foto mereka saat SMA, dan menyadari betapa tulusnya cinta Agus dulu.
“Aku pikir aku bahagia, tapi ternyata aku kehilangan orang paling tulus dalam hidupku,” bisik Kanya di depan makam Agus.
Setiap tahun, di hari ulang tahun Agus, Kanya datang membawa bunga dan duduk lama di depan makamnya. Namun, semua penyesalan itu tak akan pernah bisa membangkitkan Agus kembali.
Refleksi dari Cerita Romantis Negatif
Cerita romantis negatif ini menjadi cermin bahwa cinta tak selalu berarti indah. Kebohongan dan manipulasi bisa menghancurkan seseorang yang mencintai dengan tulus. Kisah Agus dan Kanya adalah pelajaran bahwa hati yang bermain-main bisa membawa luka yang tak tersembuhkan.
Dalam hubungan, kejujuran dan rasa saling menghargai adalah fondasi utama. Jangan pernah jadikan cinta seseorang sebagai pelarian atau pelindung ego. Karena ketika yang dicintai benar-benar hancur, penyesalan takkan bisa memperbaiki apa pun.
Kisah ini bukan hanya sekadar cerita romantis negatif, melainkan juga peringatan bahwa hati manusia bukan mainan. Jangan pernah abaikan perasaan seseorang yang tulus, karena sekali mereka pergi, yang tersisa hanya kenangan dan rasa bersalah.
Jika kamu sedang berada dalam hubungan yang tidak kamu yakini, lebih baik jujur dari awal daripada menyakiti. Karena cinta palsu hanya akan membawa luka mendalam, dan kisah seperti Agus bisa saja terjadi di kehidupan nyata.
jangan lupa untuk membaca cerita romantis lainnya yaa, ada cerita cinta penuh dosa yang siap menggelegar hati kamu dan cerita romantis sepasang kekasih yang cocok untuk remaja
ingin tau cara membuat cerita romantis seperti mimin, pantengin terus web ini yaa